Senin, 06 April 2009

kincir angin savonious untuk menggerakkan pompa air


Saat ini harga minyak dunia memang sedang "murah"/"rendah", tapi upaya memanfaatkan energi selain dari bahan bakar minyak asal fosil atau BBM (solar, bensin, minyak tanah dll) tetap perlu diteruskan, karena BBM tersebut diperhitungkan tetap akan habis. Belasan tahun lalu telah dicoba kincir tipe savonious yang digerakkan oleh tenaga angin untuk menggerakkan pompa jenis piston (seperti pompa tangan di rumah-rumah). Daun kincir ini bentuknya seperti drum dibelah, tapi entuk persisnya adalah setengah lingkaran yang agak condong. Lebih cocok sebenarnya berbentuk seperti simbul hati ("love") yang dibelah dua (lihat gambar). Bentuk seperti ini dimaksudkan agar dapat menangkap angin lebih baik dibandingkan bentuk setengah lingkaran. Putaran tiang kincir yang vertikal kemudian diubah jadi tenaga untuk menggerakkan pompa air piston melalui gir dan puli serta sabuk ("belt") untuk kemudian menggerakkan pompa air. Teknologi kincir sebenarnya sudah lama dikembangkan di belanda, dan bahkan di daerah pertambakan garam petani kita sudah memasang kincir, hanya tipenya tipe baling-baling, yang kemudian untuk menggerakan ember air untuk menimba air laut ke ladang garamnya.

Jenis alat dan mesin pertanian (alintan) seperti ini jadinya cenderung hanya akan cocok untuk daerah yang hembusan anginnya cukup. Hembusan angin hampir di setiap tempat di Indonesia sebenarnya cukup untuk memutar kincir ini. Yang jadi masalah adalah keajegan ("continuity") dari hembusan tersebut. Selain daerah pantai atau daerah yang anginnya cukup kencang, hembusan angin cukup memedai biasanya pada saat pergantian musim (maret, april, mei atau september, oktober, nopember), atau jika harian waktunya biasanya sore hari. Hal ini sebenarnya sangat beragam, tergantung kepada musim dan waktu serta lokasinya.

Kincir tipe savonious dari tenaga angin untuk menggerakkan pompa air ini duu terpasang dan beroperasi di halaman Balittan Maros Sulsel (sekarang Balitsereal), di Moumere, Naibonat Kupang dan sempat di pasang juga proyek lahan sejuta hektar. Di Jakarta sekitar tahun 60'an pernah terlihat di daerah Kemayoran terpasang kincir ti baling-baling juga. Saat ini dapat dilihat kincir angin tipe baling-baling untuk membangkitkan tenaga listrik di pulau Nusa Penida, tentu dengan teknologi yang lebih canggih.

Selasa, 17 Februari 2009

serba serbi : kereta krl di indonesia dan di eropa




saya tinggal di jakarta, tapi kantorku sekarang di bogor, jadi kalo "bosan" naik mobil seringkali saya naik kereta krl. kalo pagi kereta jurusan bogor agak "longgar", karena memang kalo pagi lebih banyak penumpang yang ke jakarta dari bogor, depok dan sktrnya. tapi aku milih kereta ekonomi yang ber ac. percayalah, kereta ini lumayan enak. yang jadi masalah adalah setiba di stasiun bogor, wah . . . . kotor, semrawut, dan yang menyedihkan, ... penumpang harus "manjat-2" kalo mau naik atau turun dari kereta .... nggak percaya ? .... lihat tuh gambar jepretanku (atas : aku lagi nggaya di frankfurt houbanhoft, bawah : stasiun bogor).


aku beberapa kali ke eropa,, terutama jerman, sebenarnya nggak kalah2 amat sih, cuma karena mereka penumpangnya sepi, rapi, dan ... peduli, jadi memang nikmat kalo naik kereta. saya yakin kiata lama2 seperti itu. lha gimana nggak rapi keretanya, la mbayarnya karcis saja untuk jarak yang kira-2 sama bogor-jakarta mbayar setara dengan sekitar 75 ribu rupiah, bayangkan karcis bogor-jakarta cuma 1000 rupiah (kereta ekonomi), 6000 rupiah (kereta ekonomi ber ac) atau 9000 ribu rupiah kereta expres ac dan 11 000 rupiah untuk pakuan ac.


ada kelebihan lain kereta krl di indonesia, kita dihibur para musikus yang piawai, sambil makan tahu dan minum dari "kafe berjalan" di kereta (ekonomi), dan kalo anda ingat akherat ... kasih sedekah 500 atau seribu untuk saudara kita yang kurang beruntung. jadi kalo karcisnya 1000 rupiah, pengeluaran lain-2nya seperti ini bisa sampai 2-4 ribu rupiah. asyik tho !


Rabu, 11 Februari 2009

pompa injak

Sekitar akhir tahun 80 an (1988) di Balai Penelitian Tanaman Pangan Maros (Balittan Maros) Sulawesi Selatan pernah dikembangkan pompa aisederhana yang digerakkan dengan kaki, dengan cara diinjak-injak. Pompa tersebut cocok untuk daerah yang sumber airnya tidak terlalu dalam (2-6 meter). Di daerah persawahan pantai barat Sulsel memang tersedia sumber air sumur yang tidak terlalu dalam, sehingga cocok menggunakan pompa ini. Debit air ini dari pompa ini bisa sampai 0,3-0,4 liter per detik. Petani palawija bisa memanfaatkan pompa ini untuk suplesi tanamannya. Di daerah jogja selatan barat atau wates selatan mungkin bisa juga memanfaaatkan pompa ini. Di daerah ini mereka biasanya pakai timba dan gembor untuk mengairi palawijanya. Oleh karena pompa ini digerakkan dengan cara diinjak-injak, penelitinya menyebutnya POMPA INJAK. Orang Philipina atau Afrika menyebutnya dengan "treadle pump".

Jumat, 30 Januari 2009

tunjangan nggak jadi naik, tiap peneliti dikasih 50 juta untuk riset ?

di koran, pak kk (sebutan akrab pak kusmayanto kadiman/menristek versi beliau sendiri) sempat nyebut setiap peneliti disediakan dana 50 juta rupiah untuk risetnya tahun 2009. saya termasuk yang ikut (wajib) ngusulkan, usulan nggak boleh dobel, dan harus ada sinergy dengan kegiatan dan peneliti dari perguruan tinggi (karena dananya dari dikti ?). di sinilah tantangannya. sinergy gampang diucapkan, sulit dilakukan, apalagi dengan waktu perencanaan yang (cuma/kurang) satu minggu. di sini juga akan teruji, para peneliti mana yang networkingnya sudah mapan. peneliti yang pergaulan "bebas"nya bagus dengan para peneliti lain di uiversitas, akan dengan cepat mendapatkan encon/partner peneliti dari perguruan tinggi, termasuk topik2 kegiatan penelitiannya. penulis alami ... dalam semalam coba dan berhasil kontak 4 penelti dari ugm dan itb..... ya ... lalu saya usulkan. tapi cara seperti ini jangan dipertahankan, dari dulu kok perencanaan model ndadak-ndadak. peneliti yang sudah mapan memang bisa melakukan, tapi yang yunior akan keponthal-ponthal... ketinggalan. selain itu, hasil usulannya mungkin akan banyak mengandung kelemahan. bagaimanapun kita patut hargai upaya "kompensasi" nggak jadi naiknya tunjangan peneliti dengan memberi kegiatan yang katanya ada "honornya" ini ... lumayan ...

mekanisasi dan bienergy

mekanisasi pertanian sudah menjadi keharusan. saai ini susah cari tenaga untuk nggarap kebun/sawah walau itu di daerah yang padat penduduknya. hampir seluruh alat dan mesin pertanian (alsintan) tergantung bahan bakar dari enrgy fosil (bbm). ingat .. pernah para operator traktor pada ikut antri di spbu. ini mestinya tidak bisa dibiarkan. alternatif bahan bakar lain ada, yaitu bahan bakar nabati, dari minyak nabati seperti minyak kelapa, kelapam sawit, jarak pagar, nyamplung, kemiri dll. ke depan, hendaknya dikembangkan alsintan yang dapat dioperasikan dengan bahan bakar nabati seperti ini, ataupun energy dari biomasa (limbah) pertanian lainnya. saya juga sedang menekuni ini.

pengantar . . . . . . .

Muatan blog akan meliputi segala tentang peneliti Indonesia menurut pengalaman saya, dan tentu terutama akan lebih banyak yang berasal dari pengalaman yang saya alami. Tentu akan dimuat juga segala yang sudah terlalu banyak diberikan oleh negara ini kepada saya, dan mungkin juga peneliti lainnya di Indonesia, yang mudah-mudahan sudah sesuai dengan apa apa yang sudah kita berikan kepada negara tercinta ini . . . . . . . . .

Sabtu, 24 Januari 2009

coba masukkan foto

bendera merah putih lambang berani dan suci

Biofuel Development in Indonesia

Bambang Prastowo, Indonesian Center for Estate Crops Research and Development
Abstract
Fosil fuel resources in the world and also in Indonesia ha decreased day by day, while the demand of the fuel has grown higher from time to time. In line with the Indonesia economic growth, demand for national energy has grown very high. In order to guarantee the security of domestic supply of energy and support the sustainable development, President Regualtion No. 5/2006 determined that targeted biofuel in national consumption energy is more than 5 % in the year 2025. The vision of biofuel development then is poverty alleviation and job creation through development of biofuel as alternative energy to increase people welfare, with the mission : creating job, starting from feedstock supply, industry, infrastructure and biofuel development activities, increasing the community independency in providing energy through the development of energy self sufficient villages, increasing the role of private sector through the the development of special biofuel zones, and regulalting biofuel business, feedstock supply and utilization, developing the conducive business condition through fiscal and non-fiscal incentioves.
__________________________________________________________________
Paper was presented in the International Workshop on Jatropha Curcas Biodiesel Industry in Hainan China, 29-31 October 2007

Selasa, 13 Januari 2009

ngedit langsung dari bloger.com

aku belajar ngedit langsung via bloger.com ... gampang kok kliatannya .. anggaplah ini jadi judul baru setelah "coba nulis untuk posting" ..
juga blajar muat gambar neh .....

Senin, 12 Januari 2009

nyoba nulis untuk posting

ini tulisan pertamaku untuk blog ini

ini dulu ya . . . . maklumm lagi belajaran ... tapi aku akan coba nulis apa aja tentang peneliti